"Never thought Bokura Minna Kawai-sou would leave me this big void in my heart"
Selama kurang lebih empat hari saya menamatkan "Bokura Minna Kawai-sou". Saya begitu terserap ke dalam manga bergenre slice of life, komedi, dan romance ini. Bukan hanya cerita yang ringan diikuti, sifat unik masing-masing karakter, serta banyolan yang sukses membuat saya senyum-senyum sendiri, manga ini meninggalkan pesan-pesan yang mungkin sering luput kita pikirkan ketika menjalani kehidupan sehari-hari. Contohnya bagaimana Usa begitu berusaha keras untuk mengenal dan dikenal Ritsu, bagaimana Ritsu sadar bahwa Usa telah sangat berusaha keras untuknya, dan yang paling heart-breaking adalah ketika Yoko ingin kembali tinggal di dorm namun secara tegas ditolak oleh Sumiko. Sumiko khawatir apabila Yoko kembali tinggal di dorm, ia akan kembali mengulang masa lalu.
Kegemilangan cerita yang dimiliki manga ini, sesuai dengan quotes yang saya tulis di awal tulisan, menyisakan kehampaan besar di hati saya.
Genre slice-of-life umumnya menarasikan cerita tentang pertemanan/persahabatan, hubungan antar anggota keluarga, dan hal lain yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Saya menyadari bahwa kekosongan sehabis menikmati karya fiksi, seperti manga, anime, ataupun film, bukan pertama kali ini saya rasakan. Jauh sebelum itu beberapa kali cerita bergenre slice-of-life meninggalkan saya dengan kehampaan yang luar biasa.
Setelah saya selidiki, rupanya apa yang saya rasakan ini mempunyai istilahnya sendiri: "Post Anime Depression Syndrom" atau PADS singkatnya. Memang istilah ini hanya digunakan oleh komunitas anime, tidak ditemukan di dunia medis. Menurut urbandictionary.com, PADS merupakan perasaan depresi yang dirasa seseorang selepas menamatkan seri anime. Beberapa simtomnya berupa memikirkan seri anime tersebut secara konstan dengan sangat mendalam (terbayang-bayang), sering tenggelam di alam pikiran sehingga mengabaikan orang lain, dan merasa kelelahan.
Meskipun saya tidak menonton animenya, manga "Bokura Minna Kawai-sou" cukup membuat saya merasakan simtom-simtom PADS, bahkan sampai 3 hari lamanya.
Setelah coba merilekskan diri, saya pun menemukan beberapa alasan yang mungkin menjadi penyebab timbulnya PADS di diri saya.
Pertama, keadaan dunia yang sedang menghadapi pandemi mengharuskan kita untuk karantina mandiri, physical distancing, dan berkegiatan di rumah. Artinya interaksi sosial kita menjadi sangat terbatas. Saya bisa jadi merindukan suasana bertemu teman-teman, suasana berjalan di tengah keramaian, dan perasaan terkoneksi dengan orang-orang di sekitar. Slice-of-life mampu menyediakan perasaan-perasaan tersebut lewat cerita dan interaksi antar karakter di dalam cerita.
Kedua, selain slice-of-life manga ini juga kental menceritakan perjuangan karakter utama, Usa, mengenal seseorang yang dia sukai, Ritsu, yang mana Ritsu mempunyai sifat yang sama sekali berkebalikan dengan Usa. Meski demikian, sang karakter utama tetap tertarik bahkan tanpa mengetahui alasan ia dapat tertarik sejak awal. Saya mampu relate dengan situasi semacam ini. Apabila kalian, para pembaca, telah membaca tulisan-tulisan saya sebelumnya mungkin bisa sedikit relate juga. Intinya saya merasakan tembok yang hampir sama tingginya, mungkin lebih tinggi, dengan yang dihadapi karakter utama. Ditambah situasi dunia yang sedang pandemi turut menambah penderitaan.
Ketiga dan terakhir, bisa jadi saya mencoba membandingkan diri sendiri dengan si karakter utama. Usa bersifat supel, berhubungan sangat dekat dengan penghuni dorm lain, berkesempatan mengusahakan perasaannya, dan berhasil bersama dengan orang yang disukai. Mungkin ini terdengar sedikit menggelikan, tetapi percayalah saya tidak benar-benar berpikir demikian dan membandingkan Usa dengan diri saya, tidak dengan pikiran alam sadar saya. Ada kemungkinan bahwa pikiran alam bawah sadar saya lah yang berpikir demikian.
Di saat membuat tulisan ini, saya sudah tidak lagi memikirkan "Bokura Minna Kawai-sou". Bahkan sejujurnya saya melupakan beberapa detail ceritanya. Meski begitu, kesan manga ini masih tertinggal.
Sekarang saya mulai membatasi konsumsi karya fiksi bergenre slice-of-life. Saya berkeinginan untuk lebih hidup di dunia nyata, juga benar-benar membangun hubungan dengan orang lain. Bukan semata-mata hubungan saling tahu nama, tetapi kalau bisa sampai memahami cara pikir/mampu berempati terhadap mereka. Juga agar alasan-alasan yang saya jabarkan di atas tidak benar-benar menjadi kenyataan, terkhusus yang nomor 3.
Selama kurang lebih empat hari saya menamatkan "Bokura Minna Kawai-sou". Saya begitu terserap ke dalam manga bergenre slice of life, komedi, dan romance ini. Bukan hanya cerita yang ringan diikuti, sifat unik masing-masing karakter, serta banyolan yang sukses membuat saya senyum-senyum sendiri, manga ini meninggalkan pesan-pesan yang mungkin sering luput kita pikirkan ketika menjalani kehidupan sehari-hari. Contohnya bagaimana Usa begitu berusaha keras untuk mengenal dan dikenal Ritsu, bagaimana Ritsu sadar bahwa Usa telah sangat berusaha keras untuknya, dan yang paling heart-breaking adalah ketika Yoko ingin kembali tinggal di dorm namun secara tegas ditolak oleh Sumiko. Sumiko khawatir apabila Yoko kembali tinggal di dorm, ia akan kembali mengulang masa lalu.
Kegemilangan cerita yang dimiliki manga ini, sesuai dengan quotes yang saya tulis di awal tulisan, menyisakan kehampaan besar di hati saya.
Genre slice-of-life umumnya menarasikan cerita tentang pertemanan/persahabatan, hubungan antar anggota keluarga, dan hal lain yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Saya menyadari bahwa kekosongan sehabis menikmati karya fiksi, seperti manga, anime, ataupun film, bukan pertama kali ini saya rasakan. Jauh sebelum itu beberapa kali cerita bergenre slice-of-life meninggalkan saya dengan kehampaan yang luar biasa.
Setelah saya selidiki, rupanya apa yang saya rasakan ini mempunyai istilahnya sendiri: "Post Anime Depression Syndrom" atau PADS singkatnya. Memang istilah ini hanya digunakan oleh komunitas anime, tidak ditemukan di dunia medis. Menurut urbandictionary.com, PADS merupakan perasaan depresi yang dirasa seseorang selepas menamatkan seri anime. Beberapa simtomnya berupa memikirkan seri anime tersebut secara konstan dengan sangat mendalam (terbayang-bayang), sering tenggelam di alam pikiran sehingga mengabaikan orang lain, dan merasa kelelahan.
Meskipun saya tidak menonton animenya, manga "Bokura Minna Kawai-sou" cukup membuat saya merasakan simtom-simtom PADS, bahkan sampai 3 hari lamanya.
Setelah coba merilekskan diri, saya pun menemukan beberapa alasan yang mungkin menjadi penyebab timbulnya PADS di diri saya.
Pertama, keadaan dunia yang sedang menghadapi pandemi mengharuskan kita untuk karantina mandiri, physical distancing, dan berkegiatan di rumah. Artinya interaksi sosial kita menjadi sangat terbatas. Saya bisa jadi merindukan suasana bertemu teman-teman, suasana berjalan di tengah keramaian, dan perasaan terkoneksi dengan orang-orang di sekitar. Slice-of-life mampu menyediakan perasaan-perasaan tersebut lewat cerita dan interaksi antar karakter di dalam cerita.
Kedua, selain slice-of-life manga ini juga kental menceritakan perjuangan karakter utama, Usa, mengenal seseorang yang dia sukai, Ritsu, yang mana Ritsu mempunyai sifat yang sama sekali berkebalikan dengan Usa. Meski demikian, sang karakter utama tetap tertarik bahkan tanpa mengetahui alasan ia dapat tertarik sejak awal. Saya mampu relate dengan situasi semacam ini. Apabila kalian, para pembaca, telah membaca tulisan-tulisan saya sebelumnya mungkin bisa sedikit relate juga. Intinya saya merasakan tembok yang hampir sama tingginya, mungkin lebih tinggi, dengan yang dihadapi karakter utama. Ditambah situasi dunia yang sedang pandemi turut menambah penderitaan.
Ketiga dan terakhir, bisa jadi saya mencoba membandingkan diri sendiri dengan si karakter utama. Usa bersifat supel, berhubungan sangat dekat dengan penghuni dorm lain, berkesempatan mengusahakan perasaannya, dan berhasil bersama dengan orang yang disukai. Mungkin ini terdengar sedikit menggelikan, tetapi percayalah saya tidak benar-benar berpikir demikian dan membandingkan Usa dengan diri saya, tidak dengan pikiran alam sadar saya. Ada kemungkinan bahwa pikiran alam bawah sadar saya lah yang berpikir demikian.
Di saat membuat tulisan ini, saya sudah tidak lagi memikirkan "Bokura Minna Kawai-sou". Bahkan sejujurnya saya melupakan beberapa detail ceritanya. Meski begitu, kesan manga ini masih tertinggal.
Sekarang saya mulai membatasi konsumsi karya fiksi bergenre slice-of-life. Saya berkeinginan untuk lebih hidup di dunia nyata, juga benar-benar membangun hubungan dengan orang lain. Bukan semata-mata hubungan saling tahu nama, tetapi kalau bisa sampai memahami cara pikir/mampu berempati terhadap mereka. Juga agar alasan-alasan yang saya jabarkan di atas tidak benar-benar menjadi kenyataan, terkhusus yang nomor 3.
Komentar
Posting Komentar