Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

Fasad

Tidak sempat aku memperhatikan anak-anak bermain di daerah sini. Sebab menurut hematku, mestinya aku yang mereka tuju. "Tidak, tidak mungkin ada dasar lembah yang lebih dalam daripada ini." pikirku. Dengan berselimut kebahagiaan, permainan sekonyol apapun tidak masalah buatku. Asalkan nanti dapat kutulis di buku harianku, saat matahari mulai redup di bayang pohon damar yang sudah tua itu, mungkin sambil menangis, tersesak batinku sendiri. "Kenapa diantara 7 miliar lebih manusia, hanya aku yang tersiksa?" Hari gelap telah sirna, dibunuh lampu sorot nan jauh di sana, mengalahkan sinar mentari pagi. Tiba-tiba lembah itu terbalik garis konturnya dan aku kembali menjadi bunga yang bermekaran di musim semi dan dihisap nektarnya oleh hewan-hewan yang kelaparan. Seperti teras posko darurat bagi orang-orang pengungsian. Aku tidak menjadi diriku lagi. - - - - - Setelah membaca beberapa buku karya Murakami, George Orwell, Philip K. Dick, Yasunari Kawabata, dan Fra

Intinya, Aku Tidak Mengenalnya

Suasana kantin yang tidak begitu begitu ramai, entah kenapa pikirku. Padahal setiap jumat siang biasanya sumpek dipenuhi mahasiswa dari berbagai jurusan, walaupun mayoritasnya selalu saja mahasiswa Bisnis atau Teknik Industri. Aku menyantap ayam geprek dengan suasana hati yang sama sekali tidak baik. Di hadapanku ada teman baikku, kami makan tanpa berbicara sedikit pun. Aku rasa dia sebenarnya tahu bahwa suasana hatiku sedang buruk, walau tanpa mengetahui alasannya. Suasana hatiku memang sering sekali buruk saat bersamanya. Meski begitu, bukan berarti dia penyebabnya. Karena penyebab sebenarnya justru berada di belakang teman baikku ini, tepat di sudut penglihatanku,  perempuan yang sedang duduk dan makan siang bersama adik perempuannya. Sejujurnya aku tidak begitu mengenalnya, tidak tahu apakah adiknya itu merupakan adik satu-satunya atau ada yang lain. Iya, tentu itu bukan suatu hal yang penting. Tapi intinya, aku tidak mengenalnya.