Langsung ke konten utama

Ustad dan Dalil: Throwback Ramadan Tahun Lalu

Sewaktu iseng mengecek email, aku mendapati sebuah surat berjudul "Ustad dan Dalil". Surat ini dikirim oleh Penzu, website journaling yang tahun lalu sering aku gunakan. Didorong rasa penasaran dan juga sudah lupa tulisan macam apa yang kutulis, aku kembali membaca isi jurnal tersebut. Pembahasannya yang cukup menarik sehingga membuatku ingin membagikannya di sini (melalui beberapa edit tentunya).

Ustad dan Dalil

Kemarin, salat tarawih di mushola sebelah rumah diimami oleh ustad bersuku bugis(tidak bermaksud rasis). Tidak seperti imam-imam sebelumnya, ustad ini lumayan cepat ketika membacakan bacaan salat.

Tarawih dimulai dengan salat isya berjamaah, lalu tarawih dengan total 8 rakaat, 2 rakaat per-salat. Kemudian dilanjutkan kultum (aku lebih suka menyebutnya sebagai ceramah karena nyatanya lebih dari tujuh menit).

Saat ceramah, pak ustad sangatlah bersemangat menyampaikan materi malam itu tentang malam lailatul kadar. Beliau menjelaskan apa itu malam lailatul kadar, kapan turunnya, apa ciri-ciri terjadinya malam lailatul kadar, serta bagaimana cara memperolehnya.

Saat sedang menyimak, banyak pernyataan beliau yang rasanya tidak pernah aku ketahui terkait malam lailatul kadar. Contohnya bahwa malam lailatul kadar turun pada malam ke-27 ramadan. Tidak pernah aku mendengar ada dalil yang menjelaskan hal demikian. Yang aku pahami ialah malam lailatul kadar akan turun tanpa ada seorang pun yang tahu kapan.

Ditambah cerita masa kecil beliau bahwa dahulu teman pesantrennya pernah mendapat malam lailatul kadar. Terlihat tanda-tanda alam yang menurut pengamatannya seluruh pohon tertunduk dan ada batang pisang yang bercahaya. Dan karena ketika itu juga temannya berdoa agar dijadikan kaya dunia akhirat. Doa temannya itu pun terkabul yang mana hingga kini--menurut beliau-- masih tetap kaya dunia dan akhirat.

Selanjutnya pak ustad ini percaya bahwa malam lailatul kadar akan bisa diturunkan ke seorang anak laki-laki dengan ciri-ciri sebagai berikut:
  • Pendiam / Jarang bergaul (?)
  • Tidak pernah meminta sesuatu kepada ayahnya
Sehabis ceramah, salat dilanjutkan dengan witir sebanyak 3 rakaat.

Sesampainya di rumah saat makan malam, aku bertanya ke yanda (panggilan di keluarga kami kepada ayah).
"da, emangnyo ustad-ustad tu kalo nyebutin dalil dak pernah disebutin sumbernyo yo? kayak hadis riwayat ahmad atau bukhari muslim?"
"Idak, kalo yang kayak gitu tu guru agama atau petinggi-petinggi agama yang mempelajari tentang itu. Kalo ustad-ustad ni pokoknyo dio ambek dalil-dalil yang bagus dari buku, terlepas sahih atau palsunyo.
"ohh jadi beda yo"
"iyo, tapi emang ustad yang tadi ni orang bugis. Kalo orang bugis tu emang pado kuat-kuat agamanyo, tapi dalil yang mereka hafal banyak dak sahih atau bahkan bukan hadis."
"oalah"

Aku baru mengetahui bahwa di masyarakat kita--karena mungkin bukan cuma orang bugis-- masih banyak fenomena semacam ini. Tidak semua ustad mempunyai ilmu dalam menyampaikan hadis-hadis sahih. Tak banyak pula yang mempelajari asal muasal hadis-hadis yang mereka sampaikan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Mencari Kampus Part 4 : Persiapan dan Pelaksanaan UTUL/UM UGM 2017

Mencari Kampus Part 4 : Persiapan dan Pelaksanaan UM/UTUL UGM 2017 Hai-hai sobat pembaca. Gue ngelanjutin postingan sebelumnya. Setelah Pelaksanaan SBMPTN seharusnya kan pengumuman yak? Tapi ga apa apa lah ya gue mau bahas UTUL UGM dulu, biar nanti pengumumannya gue rangkum jadi satu. Okeh , Setelah melewati momok menakutkan bagi siswa-siswi kelas 12 seluruh Indonesia yaitu SBMPTN, gue masih belom bisa bernafas lega karena momok menakutkan lain masih menunggu, UTUL UGM. Pelaksanaan SBMPTN tanggal 16 Mei sedangkan UTUL UGM 21 Mei, waktu yang lumayan singkat menurut gue. Mungkin kalian juga ada yang tahu kalo UTUL UGM bertabrakan dengan SIMAK UI, emang selalu gitu sih kayaknya. Awalnya orang tua kepengen gue ikut SIMAK UI aja, soalnya UI kan lebih dekat daripada UGM kalo dari tempat tinggal gue. Tapi masalahnya, SIMAK UI yang sekarang ga lagi disebut jalur reguler, tapi jalur mandiri, yang dimana udah pake uang pangkal dan ga ada kelas-kelas UKTnya (ga bisa minta ke

Cyber Security IPB - Tutorial Capture The Flag (CTF)

Kata Pendahuluan: Alasan gue buat artikel ini karena gue pikir banyak orang-orang kayak gue di Indonesia yang kepengen belajar Cyber security khususnya Capture The Flag (CTF) tapi ga tahu mau mulai darimana ataupun kehalang bahasa(languange barrier). sama seperti gue dulu (bahkan sampe sekarang) males ngebaca bahasa asing. Gue mau bahas tentang Cyber Security IPB. Cyber Security IPB adalah sebuah komunitas keamanan komputer di IPB Bogor. Mereka punya --pastinya--komunitas, fanpage facebook, dan channel youtube. Gue bakal bahas channel youtubenya aja. Karena gue bukan anggota cyber security IPB maupun mahasiswa IPB. Gue baru lulus SMA mzz nganggur belom dapat kampus, mana pengumuman sbm sebulan lagi. btw, gue pilih IPB - Ilmu Komputer di pilihan ke-3..semoga dapet aamiin.  OKE cukup . Channelnya ada di sini: https://www.youtube.com/channel/UCH6CPf10u9uQu3w1DRhOliw/featured?spfreload=10 Channel ini berisi video tutorial CTF (capture the flag). Mereka ngebahas m

Ketika Aku Tak Ingin Maju

 Selama ini aku kira selalu mengikut garis lurus, tetapi tidak juga. Mungkin ada benarnya, yang kulakukan selalu berjalan di garis lurus, jika ada sesuatu di kiri-kanan jalan hanya lengan kurentangkan. Apabila tergapai syukurlah, apabila terlewat biarlah. Namun akhir-akhir ini lain, aku tak ingin berjalan maju. Tidak ingin lagi aku menginjakkan kakiku di jalan penuh paku dan duri itu. Ingin ku jalan ke kanan atau ke kiri atau ke belakang juga tak apa-apa. Yang penting bukan ke depan, menuju kesengsaraan itu. Mungkin terdengar lebay mengatakan ini penderitaan. Toh selama masih menghembuskan nafas, semua orang pasti menderita. Berminggu-minggu aku meyakinkan diri bahwa hidup tak bermakna, rupanya bukan itu inti persoalannya. Hidup memang sedari awal tidak bermakna, karena itu kita terpaksa berhayal dan berkreasi tentang makna hidup itu sendiri. Berjalan ke depan mengikuti garis lurus memang pernah membuatku seakan-akan memiliki makna, namun sekarang tidak lagi. Boleh orang menganggap aku